PKI Harus Dibenci Tapi Tidak Semua yang Dibenci Kita Anggap PKI

Bulan September ini kita selalu gencar mendengar dan membaca tentang sebuah gerakan yang menghebohkan di tahun 1965. Gerakan 30 September Penghiantan Partai Komunis Indonesia ( PKI) atau yang lazim dikenal G30S PKI. Kisah penculikan para jenderal TNI AD yang dilakukan oleh Cakrabirawa yang dikendalikan oleh Letkol untung yang berafiliasi ke PKI. Peristiwa itu selalu menjadi mimpi buruk bagi kita rakyat Indonesia.

Tujuh Jenderal telah mati dan di buang di sumur tua di Lubang Buaya Jakarta. Saya tidak bisa membayangkan betapa mencekamnya saat itu. Bagaimana tidak mencekam ketika tujuh perwira tinggi TNI telah mati oleh pasukan sendiri yang telah disusupi oleh PKI. Itulah kenangan buruk sejarah negeri ini yang semoga tak akan terulang lagi.

PKI, telah berbuat kesalahan besar dengan membunuh para perwira tinggi itu. Mereka telah menghianati negeri sendiri. Negeri yang mayoritas Islam ini hendak dijadikannya negara komunis. Dan apa yang terjadi pada tahun itu memang sedang booming dua kubu Ideologi besar Komunis dan Demokrasi Kapitalis. Keduanya pun seolah berjuang dengan dominasi yang begitu besar karena didukung oleh dua negara adi kuasa Soviet dan Amerika. Uni Soviet yang berafiliasi komunis dan Amerika yang demokrasi terlibat perang dingin dan saling pengaruh di negara negara berkembang.

Indonesia menjadi salah satu target dari kedua negara adi daya itu pun tak lepas dari perang dingin yang dilakukan oleh keduanya. Pada saat itu memang ada kecenderungan negara kita untuk lebih condong ke Uni Soviet. Dan Demokrasi Terpimpin yang sedang dijalankan di Indonesia melalui pemimpin besar Revolusi, Presiden Soekarno, terlihat memberi angin untuk ideologi komunis. Dan PKI berhasil memanfaatkan kondisi tersebut hingga terjadi peristiwa G30S PKI.

Rakyat Indonesia yang sebagian besar beragama Islam menolak dengan tegas ideologi kafir tersebut. Para elite politik pun tidak menyadari bahwa islam jelas jelas menolak kekafiran yang meniadakan keberadaan Tuhan. Dalam hal ini Presiden Sukarno bisa dikatakan agak kurang perhitungan ketika berusaha merangkul semua golongan Nasionalis, Agama dan Komunis melalui jargonnya yang terkenal NASAKOM.

Biar bagaimanapun apa yang dilakukan PKI adalah kesalahan besar dan patut dibenci karena telah berusaha menghianati ideologi bangsa Pancasila yang pada sila pertamanya jelas berbunyi Berketuhanan Pada Tuhan Yang Maha Esa. Siapapun yang tidak mengakui adanya Tuhan jelas tidak layak tumbuh di Indonesia dan patut dibenci.

Tidak Semua Yang Kita Benci Harus Dianggap PKI

Namun unsur politis yang melingkupi peristiwa itu begitu kental hingga sekarang. PKI seperti hantu bergentayangan dan menjadi label yang menakutkan di benak rakyat Indonesia. Sekarang ini konteks sangat berbeda dengan tahun 1965. Kita harus berhati hati agar tidak membuat kesalahn sebagaimana PKI yang suka menebar fitnah.

Umat Islam adalah kendaraan yang bagus untuk politik, dan Islam sangat membenci Komunisme. Jangan karena kita bergaul akrab dengan Islam lantas menebarkan isyu PKI kepada lawan politik kita dengan harapan kita mendapat dukungan dari umat Islam.

Biar bagaimanapun Islam di Negeri ini sudah banyak makan asam garam. Dan Islam di negeri ini pun pernah mengalami saat saat sulit tidak hanya dari PKI. kalau bisa kita ambil contoh peristiwa Priok. Apalagi sekarang Islam sering dianggap identik dengan terorisme. Kemanakah dan di posisi manakah mereka para anti PKI saat Islam dituduh begini dan begitu. Tanpa diajak ajak kita umat Islam jelas anti PKI karena mereka tak bertuhan.

Semoga umat Islam semakin bijak menyikapi isyu isyu PKI karena PKI memang harus dibenci dan tak layak tumbuh di negeri ini. Namun satu hal yang pasti bahwa tidak semua yang dibenci kita tuduh sebagai PKI. Semoga para peguasa yang berkepentingan politis bisa bersekap dewasa. Jangan demi kepentingan kekuasaan sesaat kita melabeli orang sebagai PKI.

Tinggalkan komentar